Peredaran Matahari dan Bulan Sesuai dengan Q.S. Yasiin Ayat 40
Peredaran
Matahari dan Bulan Sesuai dengan Q.S. Yasiin
Ayat 40
Assalamu’alaikum sahabat Saintis Muda, bagaimana kabarnya..May Allah bless you always, amiin..
Assalamu’alaikum sahabat Saintis Muda, bagaimana kabarnya..May Allah bless you always, amiin..
Pada kesempatan kali ini, kita para Saintis muda SMP Sains Al-Qur’an calon
Saintis Keren masa depan mengajak sahabat semua belajar bersama tentang Sains
Al-Qur’an. Yaitu mempelajari Sains dari kandungan yang ada pada ayat-ayat
Al-Qur’an. Keren kan sahabat? Jadi kita tidak hanya mempelajari Sains saja
tetapi juga dikaitkan dengan Al-Qur’an. Dengan begitu, Sains bukan serta merta
tentang gejala kealaman saja tetapi semuanya sudah diatur oleh Sang Pencipta
jagat raya, Allah SWT yang termaktup dalam Al-Qur’an, kita suci agama Islam.
Sehingga Sains dan Al-Qur’an bukan dua hal yang berlawanan melainkan dua hal
yang bersisihan seperti dua mata uang logam, tidak terpisahkan.
Nah, Sahabat Sainstis pada tulisan ini kita akan mempelajari tentang
peredaraan Matahari dan Bulan sesuai Q.S. Yasiin ayat 40. Yuk kita simak dan
pelajari bersama...let’s go...
Pada suatu ayat, Allah telah menyebutkan
matahari dan bulan dalam ayat yang terpisah. Namun, pada ayat berikut ini,
Allah memadukan pembahasan mengenai keduanya sembari menunjukkan betapa kuasa
Allah SWT dan amat sangat teliti serta konsisten. Allah
SWT berfirman dalam Q.S. Yasiin pada ayat 40:
لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ
الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
La al-Syamsu yanbaghi laha an tudrika al-qamara wa la al-lailu
sabiqun al-nahar wa kullun fi falakin yasbahun.
Artinya:
“Matahari
tidak akan dapat mendahului bulan. dan tidak (juga) malam dapat mendahului
siang, dan masing-masing pada garis edarnya terus menerus beredar.”
Sahabat Saintis, yuk perhatikan pada kalimat
“la al-syamsu yanbaghi laha an tudrika al-qamara”. Kalimat tersebut memiliki pengertian bahwa antara
matahari dan bulan masing-masing cahayanya tidak menyerupai satu sama lain. Maksudnya cahaya keduanya tidak saling menyerupai, berbeda satu sama lain.
Kemudian, perhatikan pada kalimat “wa la al-lailu saabiq al-nahar”
menerangkan bahwa satu dengan yang lain yaitu malam dan siang mempunyai
porsinya masing-masing. Keduanya tidak mendahului dan tidak pula mengambil
bagian yang lain.
Peredaran matahari dan bulan sebagai acuan dari
perhitungan kalender. Satu kali rotasi
matahari dihitung sebagai satu tahun, sedangkan rotasi bulan dihitung sebagai
satu hitungan bulan. Penyebutan matahari
yang didahulukan daripada bulan pada ayat di atas, berkaitan dengan
peredarannya. Peredaran matahari
lebih cepat dibandingkan bulan, karena jarak dan
rotasinya yang lebih jauh dan lebih luas dibandingkan bulan. Oleh karenanya
matahari didahulukan dibandingkan bulan.
Selanjutnya Sahabat Saintis Muda, mari kita
perhatikan bersama pada kata “yanbaghi”. Menurut salah satu Muffasir (orang yang
menafsirkan Al-Qur’an) Indonesia yang termasyhur yakni Bapak Quraish Shihab,
berpendapat bahwa pada ayat di atas kata “yanbaghi” berasal dari kata “bagha” yang makna
asalnya ‘meminta’. Penggunaan kata ini seringkali dimaknai secara spesifik,
yakni untuk membedakan dengan kata “sa’ala” yang artinya sama yaitu ‘dengan meminta
sesuatu, lalu memeroleh apa yang dimintanya’. Dari makna ini didapatkan
pengertian baru yaitu ‘dapat/mampu’. Bila sesuatu tidak dapat/mampu dikerjakan
maka dapat digambarkan dengan kata“laa yanbaghi” yang artinya ‘tidak dapat’. Menurut pak Quraish,
pada ayat ini kata laa al-syamsu yanbaghi bermakna ‘tidak dapat atau
tidak diperkenankan Allah SWT’.
Penyebutan kalimat, ‘matahari tidak dapat
mendahului bulan dan siang tidak mendahului malam’, pada ayat di atas bukan
dengan sebaliknya. Menurut pak Quraish, menunjukkan “ijaz” (kalimat
ringkas dengan makna yang padat). Artinya bila yang besar lagi hebat yaitu
matahari tidak dapat mendahului bulan yang jauh lebih kecil dan tidak bercahaya
seperti halnya matahari, tentu terlebih lagi sebaliknya. Artinya bulan tidak
bisa mendahului matahari, begitu sahabat Saintis..
Ada lagi sahabat Saintis, fokus selanjutnya
pada kata “yasbahun”
sebagai kata terakhir dari ayat di atas. Menurut pak Quraish, bermakna dasar
yaitu ‘mereka berenang’. Beliau menjelaskan bahwa al-Quran mengibaratkan ruang
angkasa seperti samudera yang sangat luas. Adapun benda-benda langit seperti matahari dan
bintang-bintang lain dari jutaan galaksi adalah bagaikan ikan-ikan yang
berenang di samudera lepas. Perumpamaan ini untuk mengisayaratkan ketundukan
benda-benda langit itu kepada takdir dan ketentuan yang telah ditetapkan Allah
SWT sebagaimana dimuat juga dalam QS Fushshilat [41]: 11.
Wahai Sahabat Saintis, setelah kita
mempelajari bersama Sains Al-Qur’an tentang peredaraan matahari dan bulan pada
Q.S. Yasiin ayat ke 40, Bagiaman perasaannya, dan bagaimana
pengalamannya...pasti bertambah senang dan yakin kan pada Kekuasaan Allah SWT
dan keagungan Al-Qur’an..dan pastinya tambah bersemangat belajar dan mendalami
pemahaman terhadap Al-Qur’an kan..dan kita sepakatkan bahwa Allah itu Maha Super
Keren ya Sahabat Saintis..
So, yuk tambah rajin membaca buku dan
mengaji Al-Qur’annya ya. Di sana masih sangat banyak ilmu dan pengetahuan Sains
maupun lainnya yang luas..let’s keep spirit in our study freinds ..Semoga tulisan ini bermanfaat untuk sahabat
semuannya..Sahabat saintis, sampai jumpa di pembelajaran Sains Al-Qur’an
selanjutnya bersama kami Saintis Muda SMP SAINS Al-Qur’an ..^^
Komentar
Posting Komentar