Sastra Arab Romantisme
Madzhab
Romantisme dan Simbolisme Arab
A. Madzhab Romantisme
Arab
1. Sejarah dan Tokohnya
Selain faktor politik, faktor kebudayaan
memiliki pengaruh dan kontribusi yang signifikan dalam melahirkan madzhab ini.
Hal ini terlihat dari pembacaan sastrawan-sastrawan madzhab ini terhadap puisi romantis Inggris.
Di antara tokoh-tokoh madzhab ini adalah
Umar Abu Risyah di Syam— yang hidup pada saat perlawanan terhadap imprelisme
Prancis mencapai puncaknya—Musthafa Wahabi
Al-Tal (1897-1949) dengan karya diwannya وادي اليابس عشيات, Ibrahim Tauqan (1905-1941), Abdul Majid Ibn Jalwan dari Maroko, Ja’far Aman
(1928-1972) dengan karyanya, diwan, Baqaya Nagm dari Yaman, Amir Adullah
Faishal dan Thahir Zamakhsyari, Dr. Isya Al-naghuri yang sangat terpengaruh
oleh sastrawan-sastrawan madzhab Mahjar seperti terlihat dalam karya, qasidahnya, Akhi
Al-insan, Munawar Shamadih dari
Tunisia dengan karya diwannya Fajrul Hayat .
2.
Romantisme Pasca Perang Dunia
Kedua
Tak pelak lagi bahwa
madzhab Apolo telah mencapai tingkatan yang tinggi dalam puisi romantis Arab.
Beberapa sastrwanpun mengikuti metode yang mereka gariskan, semisal Shalih
Syarnubi (wafat 1951) dengan karyanya Nasyid al-Shafa. Karya ini
tersebar setelah kematiannya pada tahun 1952.
3.
Karakteristik Umum Puisi
Romantisme
Indikasi-indikasi
umum bagi tren ini dalam puisi arab dapat ditinjau dari dua aspek utama yang
berhubungan dengan kandungan puisi dan apa yang disebut ‘’ru’yah’’. Para pakar telah
memberikan batasan sebagai berikut:
a.
Al-Mauqif Al-Dzati, Penekanan pada
aspek emosi yang berlebihan.
b.
Al-Mauqif min Al-mir’ah. Yang dimaksud
oleh kaum romantik dengan pemandangan bukanlah gambar fisik, melainkan jiwa
yang tergambar dalam sebuah tubuh yang terpisah dari kehidupan dan keindahan.
Hal itu karena, perasaan cinta merupakan pusat pandangan tersebut. Cinta,
menurut mereka, sebagai sarana untuk memebebaskan jiwa dari keterasingan.
c.
Al-Mauqif min Al-Thabi’ah. Alam merupakan
sumber inpirasi para romantikus untuk berimajinasi. Perkampungan, menurut
mereka, adalah medan yang imajinatif, bukan di kota. Di perkampungan seorang
sastrawan romantis lebih mampu mengekspresikan perasaannya. Bagi mereka, alam
adalah medan untuk realisasi diri.
d.
Al-Mauqif Al-Ruh. Diri penyair
dikosongkan dari sifat-sifat tercela, kemudian penyair menghiasi ruh atau
jiwanya dengan sifat-sifat terpuji. Kecenderungan terhadap ajaran Islam tampak
jelas dari sebagian mereka.
e.
Al-Mauqif Al-Ijtima’i. Para romantikus sagat
sedih melihat fenomena sosial, terutama kondisi kaum yang lemah dan papa. Contoh
karya puisi ratapan ini adalah Hasad al-qamar karya Mahmud Hasan
Ismail.
4.
Karakteristik atau Gaya Bahasa
(uslub) Puisi Romantis
a.
Al-Mu’jam Al-Syiri (Kamus
Puisi). Para romantikus memiliki kamus khusus yang berisi kosakata yang
berhubungan dengan alam dan kondisi jiwa manusia. Dalam menyususn sebuah pusis
mereka besandar pada kamus ini.
b.
Al-Shurah Al-Syi’riyah (Bentuk
Puisi). Unsur terpenting dalam puisi romantis adalah pembentukan ide dan
kandungannya. Bentuk puisi romantic melampaui bentuk puisi yang ada sebelumnya
dari sisi bagian permukan dan hubungan yang menyerupainya. Bagian dan hubungan
ini menunjukkan apa yang ada di kedalaman jiwa yang tersembunyi dan kompleks.
Contoh karyanya sebagai berikut, ‘’Milad Syair’’ karya Ali Mahmud
Thaha, ‘’Syati’ Al-A’raf’’ karya Al-Hamsyari, dan ‘’Ahlam Al-Kauhk’’
karya Shalih Syanubi.
c.
Rima Pusisi Romantis. Para
romantikus menyeru untuk melakukan pembaharuan dalam ‘arud puisi. Maka
muncullah puisi maqthu’at. Abe Sadi adalah orang yang paling terdepan
dalam menyuarakan spirit pembaharuan ini.
d.
Integrasi Seni.
Integrasi seni merupakan cara tersebunyi yang
mengikat bagian-bagian puisi. Puisi seperti ini tidak dapat dihapus atau
ditambahkan unsure-unsurnya, karena akan berefek pada kecacatan pada ru’yah dan
bagunan puisinya.
B. Madzhab Simbolisme Arab Modern
Mazdhab simbolisme
Arab lahir atas pengaruh kebudayaan Barat. Namun demikian, kondisinya tidak
seperti saat ini dalam puisi simbolisme Prancis, sebagai sikap protes terhadap lemahnya
simbolisme Arab dan larutnya ia dalam perasaan, abstrak, berlebihan dalam
ungkapan, dan merasa cukup hanya pada diri sendiri atau terhadap kemandekkan
bahasa dan balaghah.
Konsep terpenting
yang menjadi titik tolak madzhab ini adalah konsepsi tentang dunia, nilai puisi
tidak dilihat dari kata-katanya secara langsung, mewujudkan kesadaran dunia
menuju alam bawah sadar merupakan tujuan puisi simbolisme. Semnatara orang
mencampuradukan istilah madzhab simbolisme dalam makna istilahnya dengan
madzhab simbilisme dalam pengertian umumnya.
Sementara pakar
mengatakan bahwa Kahlil Gibran adalah tokoh madzhab. Aspek simbolik yang biasa
ia gunakan dalam karyanya adalah ‘’al-dzat al-mujnihah’’, diri yang
bersayap, ‘’haqlu al-qalb’’, lading hati, dan marasyif al-arwah’’,
bibir jiwa.
C. Tren Simbolisme
dalam Puisis Arab Modern
1.
Simbolisme Madzhab
Sa’id ‘Aql mengakui
bahwa terdapat tanda simbolik yang terbebas dari teori dan aplikasinya. Ia
berupaya merumuskankan sarana-sarana simbolik dan filsafatnya dalam karyanya.
Ia juga berusaha meniru para pionir dalam hal yang berkaitan dengan perumusan
filsafat yang dapat memajukan madzhab ini. Di antara konsepnya ialah konsep
tentang alam bawah sadar. Menurutnya alam bawah sadar merupakan sumber lahirnya
puisi. Ia sangat dipengaruhi oleh sastrawan Prancis مالارميه. Menurutnya, kekuatan kesadaran harus dihilangkan melalui
inspirasi suara yang beragam.
Di kutub lain,
muncul Shalah Lubki yang percaya bahwa teori puisi akan meningkatkan aspek
estetis sebuah puisi, jika puisi itu dipenuhi dengan kelembutan. Meskipun
demikian ia juga terispirasi dari madzhab puisi simbolik.
2.
Metafisika simbolisme
Tren ini lahir dari orang
Persia yang menyebabkan madzhab ini menghapus spirit barat dan filsafatnya.
Kecenderungan tren ini ingin mengembalikan puisi ke dalam makna batinnya.
Mengembalikan alam kepada jati dirinya. Oleh karena itu, esensi dari puisi
metafisika adalah terpusat pada maka-maka abstrak yang murni, seperti, akal,
perasaan, ruh.
3.
Ungkapan Simbolik
Mengambil manfaat atau
makna dari sarana-sarana simbolik dalam ungkapan dan pembentukan puisi tanpa
harus menggunakan prinsip-prinsip madzhab. Padahal simbolisme tidak akan terwujud
dengan adanya hubungan di antara kata dan gambar yang membentuk makna suatu simbol
dari suatu gaya bahasa. Di antara tokoh-tokohnya adalah dari anggota madzhab
Apolo yaitu Kamil Shairifi, Al-Hamsyari, Ali Mahmud Thaha, Ibrahim Naji, dan
Mahmud Hasan Ismail.
Komentar
Posting Komentar