Biografi Imam Madzhab-Imam Syafi'i



a.      Biografi Singkat Imam Asy-Syafi’i
Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Ustman bin Syafi’ bin As-Sa’ib bin Ubaid bin Abd Yazid bin Hasyim bin Abd Muthalib bin Abd Manaf. Pendiri madzhab Asy-Syafi’i. Lahir pada tahun 150 H. Di tanah Ghuza, sebuah wilayah di Asqalan yang letaknya dekat dengan pantai Lautan Putih (Laut Mati) sebelah tengah Palestina (Syam), dan wafat di Mesir pada tahun 204 H.
Beliau datang ke kota Makkah ketika masih kecil. Beliah hafal Al-qur’an ketika berusia tujuh tahun, dan mengaji pada Imam Isma’il bin Qasthanthin. Kemudian beliau berangkat ke Madinah untuk menuntut ilmudari para ulama Madinah, waktu itu beliau berusia tiga belas tahun. Keberangkatan beliau ke Madinah bermaksud hendak berguru dengan Imam Malik yang mengarang kitab Muwatha’. Beliau bersama Imam Malik tepatnya pada tahun 169 H, sampai Imam Malik wafat pada tahun 179 H.
Pertama kali beliau belajar pada ulama Baghdad  pada tahun 184 H. Beliau lebih banyak belajar pada al-Iman Muhammadbin al-Hasan. Beliau kembali ke kota Makkah untuk membangun kembali majlis ta’lim yang telah dirintis di Makkah. Sekitar tahun 195 H beliau kembali ke Baghdad pada usia 45 tahun. Beliau sudah menjadi mujtahid dengan metodologi ijtihad mencapai taraf sempurna serta madzhab yang memiliki corak tersendiri. Imam asy-syafi’i meninggalkan Baghdad setelah madzhabnya menyebar luas di kota itu. Kemudian beliau pergi ke kota Mesir.
Imam asy-syafi’i mengetahui keadaan kota Mesir jauh hari sebelum sampai disana. Kondisi tersebut beliau ketahui dari Rabi’. Rabi’ memberitahukan sebelumnya bahwa penduduk Mesir terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok condong ke madzhab Maliki dan kelompok yang lain condong ke madzhab Hanafi. Beliau menjadi guru bagi banyak orang. Memiliki murid di Baghdad, di Mesir bahkan di daerah Khurasan. Beliau menulis lebih dari 30 judul kitab.
b.             Perkembangan Madzhab Asy-Syafi’i
Dalam perjalanannya, madzhab asy-Syafi’i melalui beberapa periode:[1]
  1. periode persiapan dan pembentukan (thaur al-i’dad wa at-takwin), dimulai setelah wafatnya Imam Malik (179 H). Hal ini menyebabkan masa setelahnya mengalami kekosongan kurang lebih 16 tahun, sampai kedatangan Imam asy-Syafi’i di Baghdad untuk kedua kalinya.
  2. masa kelahiran madzhab qadim (thaur adl-dluhur li al-madzhab al-qadim). Dimulai semenjak kedatangan beliau di Baghdad pada tahun 195 H sampai kepergiannya ke Mesir (199 H).
  3. pematangan dan penyempurnaan madzhab jadid (thaur an-nadlj wa al-iktimal li madzhab al-jadid). Dimulai dari awal kedatangan Imam Asy-Syafi’i di Mesir hingga wafatnya pada tahun 204 H.
  4. penafsiran dan pengembangan madzhab (thaur at-takhrij wa at-tadzyil). Dimulai setelah wafatnya Imam asy-Syafi’i, dimotori oleh pengikut-pengikutnya.para pengikut madzhab menyimpulkan masalah-masalah baru melalui pintu ushul al-madzhab (dasar pemikiran madzhab).
  5. kemapanan madzhab (thaur al-istiqrar). Masa terakhir perjalanan madzhab asy-syafi’i ini ditandai dengan penetapan kajian madzhab dan kesempurnaan dokumentasinya. Kemudian secara berkesinambungan dilakukan kodifikasi kitab-kitab mukhtasar (ringkasan dan resume madzhab).
c.       Sumber Hukum dalam Madzhab Asy-Syafi’i
Imam asy-Syafi’i menetapkan beberapa sumber hukum, sebagai dasar dan pondasi pemikiran madzhabnya, yaitu:[2]
1.      Mengikuti Al-Kitab dan As-Sunnah
2.      Mengikuti kebenaran dan Dalil
3.      Berpedoman pada Ijma’
4.      Memprioritaskan pendapat sahabat Nabi
5.      Menetapkan sumber Hukum Qiyas
6.      Mengambil Hukum Asal sebagai pijakan Hukum
7.      Al-Istishab, yakni menetapka hukum pada waktu kedua berdasarkan keberadaan hukum tersebut sudah ada di waktu pertama, karena tidak ditemukan faktor yang menuntut terjadinya perubahan.
8.      Al-Istiqra’, yakni meneliti hal-hal yang bersifat juz’iy (parsial) dan menggunakan kesimpulannya sebagai alat menghukumi sesuatu yang bersifat kully (general).
Terdapat beberapa sumber hukum yang ditolak oleh Imam asy-Syafi’i, diantaranya:
1.      Al-Mashlahah al-Mursalah
2.      Al-Istihsan
3.      Mengambil amaliah penduduk Madinah
4.      Berpedoman pada syariat agama sebelum Islam.
d.      Perjalanan Kitab Madzhab Syafi’i
Imam asy-syafi’i, selain orang yang ahli mengajarkan ilmu, beliau juga ahli dalam mengarang sya’ir dan sajak berkualitas bahasa tinggi. Di samping itu beliau dikenal sebagai pengarang kitab-kitab besar yang sangat berguna bagi dunia Islam.
Kitab-kitab karya Imam asy-Syafi’i terbagi menjadi dua, yaitu:
1.      Kitab yang memuat Qaul Qadim. Qaul Qadim adalah pendapat Imam asy-Syafi’i yang difatwakan ketika beliau tinggal di Baghdad (tahun 195 H) setelah beliau diberi wewenang untuk berfatwa oleh gurunya “Imam Malik” dan Syaikh Muslim bin Khalid yaitu seorang ulama besar yang menjadi mufti di Makkah.
2.      Kitab yang memuat Qaul Jadid. Qaul Jadid adalah pendapat-pendapat beliau yang baru, yaitu ketika beliau sampai dan menetap di Mesir.
e.       Hasil ijtihad Imam Syafi’i
Salah satu hasil ijtihad Imam Syafi’i, yaitu Qashar shalat ketika dalam perjalanan tidak dihukumi wajib ‘ain. Menurutnya qashar hanyalah rukhsah. Hal ini didasarkan pada firman Allah surat an-nisa ayat 100, yang artinya “dan apabila kau berjalan jauh dibumi maka tidak mengapa kamu mengqosorkan sholat , jika kamu khawatir dicobamu oleh orang-orang kafir”. Menurut Imam Syafi’i lafadz Junaahun yang terdapat dalam kalimat falaisa ‘alaikum junaahun an taqshuruu, menunjukan bahwa hukum dari mengqoshor shalat ketika dalam perjalanan adalah mubah, karena lafadz tersebut hanya digunakan Allah untuk menjelaskan sesuatu yang mubah. Misalnya pada firman Allah surat At-taubat ayat 158 yang menjelaskan tentang diperbolehkannya para jama’ah haji untuk mengelilingi bukit Shafa dan Marwah (Syaikh Mahmud Saltout, 1970).
Referensi
Saltout, Syaikh Muhammad. 1970. Perbandingan Madzhab dalam Masalah Fiqih. Banda Aceh: Bulan Bintang.
Zadittaqwa, Moh. Dkk. 2011.  Jendela madzhab. Kediri: Lirboyo Press.







[1] Moh. Zadittaqwa, dkk. Jendela Madzhab. (Lirboyo: Lirboyo Press.2012), hlm 3-4
[2] Moh Zadittaqwa, dkk. Jendela Madzhab. hlm 4  

Komentar

Tulisan Lainnya

Proses Penciptaan Manusia (Q.S. Al-Mu’minun: 12-14)

Sturkturalisme Robert Stanton

Teruslah Menjadi Orang Baik & Minta Sama Allah Sereceh Apapun Itu

Manfaat belajar filsafat

Analisis Kamus Indonesia Arab Karya As'ad Mahmud Al-Kaelany