Mengenal Al-Adab Al- Muqāran Atau Sastra Banding
Studi sastra pada dewasa ini telah mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat. Hal tersebut terbukti dengan banyak dihasilkannya karya-karya
melalui telaah, penelitian, diskusi-diskusi, dan penerjemahan-penerjemahan terhadap
karya sastra. Di samping itu, studi terhadap teori, sejarah dan kritik terhadap
sastra juga memperoleh perhatian lebih, tidak terkecuali pada studi sastra
banding.
Pada mulanya berawal dari sastra kemudian lahir studi sastra. Oleh Rene
Wellek, pada bagian pertama dalam bukunya menyampaikan tentang sastra dan studi
sastra. Sastra adalah suatu kegiatan atau perilaku kreatif pada sebuah karya
seni. Namun, studi sastra diartikan
sebagai cabang dari suatu ilmu pengetahuan. [1]
Studi sastra dibedakan atas sastra umum, sastra banding atau bandingan dan
sastra nasional. Sastra banding mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan
atau lebih.[2]
Menurut Dr. Thaha Nada, sastra adalah pengaruh. Bahwa semua
pengaruh yang berhubungan dengan bahasa adalah sastra. Di sana terdapat relasi
antara sastrawan dan pembaca, sastrawan berpengaruh, pembaca berpengaruh, dan
sastra adalah pengaruh yang memindahkan dari sastrawan ke pembaca. Terkait
studi sastra banding, beliau berpendapat bahwa sastra banding adalah studi
ringkas terhadap sastra suatu bangsa dalam hubungannya dengan sejarah dan lainya
dari kesusastraan. Yaitu bagaimana hubungan antara suatu sastra dengan sastra
lainya, dan bagaimana pengaruh pada akhirnya.[3]
Sastra banding terdiri atas dua kata yaitu kata “sastra” dan
“banding/bandingan”. Kata “sastra” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu kata
“sas” yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk, atau intruksi dan
kata “tra” berarti alat atau sarana. Dalam bahasa Melayu, sastra
diartikan tulisan. Sedangkan secara bahasa Indonesia, sastra dapat
diartikan sebagai: (1) bahasa, (2) karya tulis, (3) kitab suci, (4) pustaka,
dan (5) tulisan.[4]
Sedangkan kata “banding atau bandingan” yang berarti tara/timbangan
atau imbangan. Bandingan dapat diartikan pula to compare.
Sehingga sastra banding dapat dipahami sebagai upaya untuk membandingkan antara
dua karya atau lebih.
Dalam bahasa Arab, sastra banding dikenal dengan istilah “al-Adab
al- Muqāran”. Kata tersebut terdiri atas dua kata pula, yaitu kata “al-Adab”
dan kata “al- Muqāran”. Kata “al-Adab”, secara historis dalam bahasa
Arab memiliki arti bermacam-macam sesuai dengan masanya di mana kata tersebut
digunakan. Misalkan pada masa jahiliyah, orang Arab menggunakan kata
“adbun” bukan adab, yang berarti undangan untuk menyantap makanan.
Sementara menurut Nalino, kata “al-Adbu” berarti tradisi. Sedangkan pada
masa Bani Umayyah, kata “adab” berarti pengajaran. Namun berbeda lagi
pada masa abad ketiga Hijriyah, kata “adab” hanya digunakan untuk pengajaran
sastra, yaitu syair dan prosa serta yang terkait dengannya.[5]
Kemudian kata “al- Muqāran” berasal dari kata “Qārana” dalam
kamus Hans Wehr memiliki arti to connect, link, join, unite, combine,
associate, to compare kemudian diturunkan menjadi kata “Muqārana” yang
berarti comparison yaitu membandingkan.[6]
Sehingga dapat dipahami pula bahwa “al-Adab al- Muqāran” adalah suatu
pengkajian terhadap karya sastra dengan cara membandingkannya.
Menurut para ahli, di antaranya adalah Remak, berpendapat bahwa
sastra banding adalah kajian terhadap karya sastra di luar batas-batas negara
dan kajian terhadap hubungan sastra dengan bidang keilmuan atau kepercayaan
lain, seperti seni, sejarah, sains, maupun filsafat.[7]
Dapat dipahami bahwa sastra banding adalah membandingkan antara sastra suatu
negara dengan negara lain, membandingkan sastra dengan keilmuan lain.
Sedangkan menurut Suwardi, sastra banding adalah sebuah studi teks across
cultural. Yakni studi yang banyak memperhatikan hubungan sastra menurut
aspek tempat dan waktu. Dari aspek waktu, sastra banding dapat membandingkan
dua atau lebih periode yang berbeda. Sedangkan aspek tempat, sastra banding akan
mengikat bandingan menurut wilayah geografis sastra.[8]
Jadi sastra banding adalah studi bandingan sastra mencakup dua aspek yaitu
waktu dan tempat.
Menurut Ghanīmī Hilāl, sastra banding adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pembanding dengan cara suatu karya sastra memikat karya sastra
lainnya. Di mana hal tersebut terjadi dikarenakan pengarang karya sastra
tertentu telah membaca karya sastra lain dan terpengaruhi sehingga mendorongnya
untuk mengarang sebuah karya sastra yang serupa dengan karya sastra lain
tersebut.[9]
Dari berbagai pemaparan yang disampaikan oleh para ahli, dapat disimpulkan
bahwa sastra banding atau sastra bandingan adalah upaya memikat suatu karya
dengan karya yang lain, berasal dari dua atau lebih negara, dua periode atau
lebih dan waktu tertentu atau sastra
dengan ilmu lain.
[1] Rene Wellek,
Autin Warren, Teori Kesusastraan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2014), hal. 3.
[2] Rene Wellek,
Autin Warren, Teori Kesusastraan, hal. 46.
[3] Thaha Nada, Al-Adab
Al-Muqāran (Iskandariyah: Dār Al-Ma’ārif, 1980), hal. 11-20.
[5] Akhmad
Muzakki, Pengantar Teori Sastra Arab, hal. 22-24.
[6] Hans Wehr, A
Dictionary of Modern Written Arabic Edited By J. Milton Cowan Third Edition
(Ithaca-New York: Spoken Language Service, 1976), hal. 759-760.
[7] Henry Remak, Sastra
Bandingan, Tarikh dan Fungsi (Kuala Lumpur-Malaysia: Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1990), hal. 1.
[8] Suwardi
Endaswara, Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi, Model, Teori, dan
Aplikasi (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003), hal. 128.
[9] Muhammad Ghanīmī
Hilāl, Al-Adab al-Muqāran (Kairo: Nahdah Misr, 2008), hal. 83.
Komentar
Posting Komentar