All about Suriah
Suriah: Gerbang
Sejarah dan Tempat Lahirnya Peradaban
Berjuluk
Gateway to History atau pintu gerbang sejarah.
Begitulah julukan yang diberikan masyarakat dunia atas Suriah. Julukan
lain adalah Craddle of Civilization, tempat lahirnya peradaban. Jika ditelusuri
ke belakang, maka kemajuan peradaban zaman modern sekarang berasal dari
perkembangan bangsa-bangsa di wilayah Suriah Kuno, yang mebentang dari
pegunungan Taurus (Turki) hingga Sinai (dekat Mesir) dan dari Mediterania
hingga ke daerah Sungai Eufrat (di Irak).
Di Suriah, manusia mulai mengembangkan pertanian dan pengetahuan tentang
metalurgi dan alfabet pertama. Di Suriah pula tempat berkembangnya agama-agama,
filosofi, perdagangan, bahasa, sistem pembangunan kota dan hubungan diplomatik
dan budaya.
Dalam sejarah Islam, wilayah Suriah sekarang termasuk dalam negeri
Syam, bersama Palestina, Libenon, Yordania. Negeri Syam dikenal sebagai
negerinya pada Nabi. Dimana Allah menurunkan pria-pria pilihan dari kalangan
manusia untuk menjadi pembimmbing bagi manusia lainnya agar senantiasa
menyembah dan mentauhidkan-Nya.
Kota-kota Suriah, seperti Damaskus, Homs, dan Hama, yang belakangan sering
disebut dalam konflik bersenjata antara rezim Presiden Bashar Al Assad dan
pasukan oposisi, merupakan kota kuno yang selalu dihuni manusia.
Kota-kota itu tidak pernah mati hingga kini dan sampai akhir zaman, sebagaimana diyakini di Suriah itulah nantinya
Al Mahdi akan muncul. Wilayah Suriah merupakan daerah yang subur dan posisinya
strategis, karena menjadi jembatan menuju negeri-negeri lain yang berada di
delapan penjuru mata angin. Maka tak heran, jika sejak dulu hingga kini, Suriah
kerap disebut dalam catatan pertarungan antar bangsa di dunia.
Peradaban
Syiria
Peradaban
syiria dikenal setelah ditemukannya kota kuno Palmyra. Kota ini adalah satu
dari sembilan kota tertua di dunia. Kota Palmyra terletak 209 km dari Damaskus,
suriah. Kota ini mampu menarik jutaan wisatawan dari seluruh penjuru dunia.
Kota ini dibangun dibawah kekuasaan ratu
Syria yang melegenda, Ratu Zenobia.
Ratu Zenobia
adalah salah satu icon kejayaan Suriah di masa lalu. Suriah di masa lalu adalah
salah satu simbol peradaban yang agung dan maju. Palmyra yang kala itu berada
di bawah kekuasaan Raja Romawi menjadi
sebuah oasis dari gerakan perdagangan Internasional. Walaupun Palmyra terletak
di tengah gurun, namun tidak menjadikan kota ini kosong dan berdebu. Justru
kala itu Palmyra mampu menampung ribuan pedagang yang dengan senang hati
menginap di Palmyra karena bebas pajak.
Menurut seorang
ahli sejarah, Michael Gawlikowski, rektor dari Universitas of Warsaw’s Polish
Mission, menyatakan bahwa Palmyra adalah lokasi tempat transit bagi para
pedagang yang hendak menawarkan barang dagangannya. Para pedagang ini berasal
dari Asia Barat Daya dan hendak menuju Roma.
Sekilas
Pandang Pendidikan Islam di Syiria
Secara
singkat di dalam sejarah Islam, wilayah Syiria Kuno meliputi Jordan, Israel,
Libanon dan Suriah Modern. Dahulu, daerah-daerah ini yang letaknya amat
strategis di pantai, maka menjadi pusat perdagangan kekaisaran , pusat
kekaisaran Romawi, Persia, Mesir, Babilonia, Macedonia, Assiria, Bizantium dan
Arab. Masa-masa ini merupakan masa pembentukan sejarah dan kebudayaan Syiria.
Kota Damskus bahkan sering disebut sebagai kota tertua di dunia, karena dihuni
secara terus menerus sejak 2000 SM. Di samping kota Damaskus, ada tiga kota
lain yang dianggap penting di Syiria, yaitu; Aleppo, Khoms, Latakia.
Sebagian penduduk Syiria mempercayai bahwa firman Allah dalam surat Al-isra’
al-ladzi baarakna haulahu linuriyahu,kalimah haulahu adalah kota damasyqus atau
Syiria itu sendiri. Di samping itu juga ada hadist yang berbunyi Allahumma
Baarik Lana fi Syaamina wa fi Yamanina (Ya Allah berikanlah barakah kepada kota
Syam kita dan Yaman). Hal ini menjadi legitimasi atas kepercayaan diri dari
para penduduk Damaskus untuk selalu bersikap ramah terhadap siapa saja yang
menjadi tamu di kota tersebut.
Sesuatu yang unik di Syiria adalah bagaimana kerukunan hidup antar ummat
beragama yang hidup berdampingan dan terjaga.
Komposisi mereka adalah 74 % Islam Sunni, 17 % adalah Alawy, Isma’ily dan
Syi’iy, 10 % Kristen, dan selebihnya 3 % adalah Druz (semacam aliran
kepercayaan).
Pada dasarnya Syiria memiliki sistem pendidikan yang cukup baik. Sebagian besar
sistem lembaga pendidikan dibangun oleh pemerintah, namun, pada tahun 2001
undang-undang telah mengesahkan pendirian sekolah dan akademi swasta yang
bertaraf internasional. Pemerintah Syiria menetapkan wajib belajar 9 tahun,
yang dimulai pada usia 9 tahun hingga usia 15 tahun. Dilanjutkan ke tingkat
SLTA sampai usia 18 tahun. Sama dengan apa yang telah ada di negara kita, Indonesia.
Sementara itu, pada tahun 2002, Pemerintah Syiria mewajibkan pelajaran
Komputer, Bahasa Inggris dan bahasa Perancis dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Pendidikan tidak dipungut biaya, dan buku-buku teks
pelajaran di sekolah juga diberikan secara gratis oleh negara sunggu tidak di
temukan model seperti ini di indonesia. Sedangkan untuk perguruan tinggi para
mahasiswa diharuskan membayar uang kuliah dan uang buku per-tahun dengan biaya
yang sangat murah. Namun bangku pendidikan tinggi sulit diperoleh mengingat
tempat yang terbatas, mungkin tepatnya seperti dalam kata pijak ” pendidik yang
sedikit lebih tertata dan terkontrol di bandingkan pendidik yang tak terbatas”
sungguh tidak ada di undang undang negara kita.
Terdapat empat universitas negeri yang ada di Syiria, Universitas Damskus,
Universitas Aleppo, Universitas Al-baath, dan universitas Teshreen. Sementara
itu ada delapan universitas Swasta di Syiria. Diantara universitas swasta di
Syiria adalah Jami’ Abun Nur, Jami’ Al-fatah Al-Islami, Jami’ Ar-rahmah,
Al-jami’ah Al-khalij (Gulf University), dan lain sebagainya. Jumlah mahasiswa
Inonesia sendiri sudah mencapai 150 orang untuk tingkatan studi strata satu dan
strata dua (dirasat ulya). Pada umumnya mereka belajar di Mujamma’ Ahmad
Kaftaro, Ma’had Syaikh Badruddin Al-hasani, universitas Damaskus, Lembaga
Bahasa Arab, Ma’had Fatah, Universitas Azad Al-islami, Universitas cabang
Al-azhar (Ma’had Ta’hily ), Ma’had At-tahzieb, dan Ma’had Mambaj di kota
Aleppo.
Negara Syiria berada di daerah iklim yang sedang di Timur Laut Tengah, karena
angin pada musim hujan selalu berbalik kepinggiran pantai. Yang menyebabkan
cuaca tidak terlalu dingin. Keadaanya bagaikan cuaca di kebanyakan
negara-negara Asia. Akan tetapi pada musim panas, anginnya tidak panas bahkan
dingin karena cuaca dingin datang dari arah Utara pertengahan Eropa atau datang
dari Utara negara Serbia, yang lewat melalui negara Turki. Di sana bisa turun
salju, khususnya pada musim hujan dengan frekuensi derajat rata-rata nol derajat.
Sedangkan frekuensi panas datang dari pada bulan Januari, 5 derajat Celcius,
ini merupakan cuaca sedang. Akan tetapi pada musim panas 30 derajat celcius.
Kira-kira lamanya musim panas sekitar tiga bulanan.
Komentar
Posting Komentar