Berdamai Dengan Insecurity, Belajar Mencintai Diri tanpa "Tapi"

 Hallo Sahabat Blogger, How’re you today? May Allah bless you. Ameen.

Alhamdulillah Sahabat, pada kesempatan ini Aku ingin sharing pada kalian semua tentang kegiatanku hari ini.

Bermula pada scrooling chat Whatshapp grup Asrama, Aku mendapati salah satu teman asramaku share pamflet diikuti oleh chat panjang yang memberitahukan bahwa ada acara menarik yang bisa kamu ikuti. Tanpa ba-bi-bu langsung Aku download gambar pamfletnya. Auto Aku jingkrak kegirangan. Bagaimana tidak, melihat narasumbernya yang Aku sangat kenal. 

Beliau adalah Mbak Lu’luatul Chizanah, yang kerap di sapa Mbak Ana oleh teman-teman yang mengenali Beliau masa nyantri di Wahid Hasyim. Beliau adalah santri Huffadz di Pondok Pesantren Wahid Hasyim.  Sembari nyantri,  menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Wahid Hasyim, Beliau juga kuliah di salah satu Universitas ternama di Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada. Jenjang S1 dan S2, Beliau tamatkan di kampus yang sama. Kini, Beliau menjadi Dosen di Universitas tersebut. MasyaAllah....:)

Beliau adalah salah satu dari Mbak-mbak Alumni yang kukagumi dan sangat menginspirasi diriku untuk terus survive dan menjadi bermanfaat.

Hari ini, seperti mendapat durian runtuh. Aku sangat beruntung dapat bergabung di acara tersebut dari awal hingga akhir, dan juga berkesempatan untuk menyapa Mbak Ana, teman-teman alumni lainya serta menyampaikan pertanyaan.

Acara ini diadakan oleh teman-teman dari GAMAWEHA yaitu organisasi Mahasiswa Gajdah Mada yang nyantri di Pondok Pesantren Wahid Hasyim. Seperti yang disampaikan oleh moderator cantik, Dokter Intan bahwa acara ini diadakan untuk memberikan kebaikan dan sharing kemanfaatan di tengah Pandemi Covid-19 yang hingga kini melanda Negeri ini. Sehingga diadakanlah acara tersebut, selain sharing pengetahuan juga sebagai wadah menyambung tali silaturahmi antar alumni GAMAWEHA. Bagiku ini adalah acara yang keren dan perlu dilestarikan!.

Langsung saja ya, Aku ingin sharing pengalamanku mengikuti acara tersebut. Mula-mula moderator membuka dan menyapa narasumber kemudian membacakan CV singkat Mbak Ana selaku narasumber pada kesempatan Zoom Meeting Vol.1 kali ini. Kemudian Beliau Mbak Ana menyapa kami partisipant Zoom Meeting. Pembawaan yang ramah dan renyah khas Beliau membuat Aku dan teman-teman partisipant lainnya mudah untuk beradaptasi di tengah teman-teman Alumni dan teman-teman anggota GAMAWEHA.

Pada kesempatan ini, Beliau mengusung tema tentang Insecurity dengan judul "Berdamai dengan Insecurity, Belajar Mencintai Diri Tanpa "Tapi". Sebuah tema yang sedang hitz dan booming. Mungkin Sahabat semua tidak jarang mendengarnya, “Jangan insecure ..ayo hindari insecure..”, dan bla- bla lainnya. Namun, menurutku tidak sedikit dari kita yang belum tahu secara pasti tentang insecure tersebut.


Insecure adalah sikap rendah diri atau minder. Sebenarnya sikap ini lumrah dialami orang semua orang, dan itu normal. Namun, pada kondisi tertentu akan menjadi upnormal jikalau kita tidak bisa mengendalikan sikap tersebut apabila sudah mengganggu. Misalnya aktivitas kita tidak lagi berjalan semestinya. Merasakan insecure yang berlebihan hingga menimbulkan kegelisahan, kekhawatiran, ketidaknyamanan, dan kurang percaya diri. Maka Hal tersebut bukan lagi biasa tetapi sudah berbahaya, di mana membutuhkan treatment yang mampu mengembalikan pada kondisi semula.


Mbak Ana, menyampaikan beberapa hal yang memicu munculnya insecure adalah sebagai berikut:


Pertama, pengalaman masa kecil. Bahwa pengalaman masa kecil yang kurang baik mampu memicu munculnya rasa insecure. Misalnya masa kecilnya nakal, pendek, kurang cantik atau ganteng, kurang pandai dan lain sebagainya yang tidak baik. Hal tersebut pada mulanya hal biasa dan lumrah, namun apabila sudah berlebihan maka itu menimbulkan sikap insecure.

Kedua, trauma masa lalu. Semua orang pasti memiliki masa lalu. Namun masa lalu yang kurang baik, apabila tidak mendapatkan penanganan yang benar dan baik pula, maka memicu insecure. Apabila sampai berfikir untuk bunuh diri itulah hal yang sangat membahayakan diri seseorang.

Ketiga, gagal atau ditolak. Mendapatkan penolakan atau merasakan kegagalan pasti pernah dialami oleh setiap manusia yang hidup dunia ini. Penolakan akan cinta, misalnya. Hingga mengalami patah hati. Atau kegagalan meraih sebuah hal yang diinginkan. Menimbukan sikap insecure yang sampai menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. Itu adalah sikap yang membahayakan dan mengancam keselamatan diri seseorang.

Keempat, kesendirian. Merasa sendiri, sepi, tidak diterima oleh suatu komunitas tertentu kerap seklai memicu timbulnya rasa insecure pada diri seseorang. Hal ini perlu di atasi supaya tidak sampai merusak diri sendiri.

Selain keempat hal di atas, ada hal lain yang memicu timbulnya insecure pada diri seseorang yakni negative belief. Sikap kepercayaan negatif ini juga mampu memicu seseorang memiliki rasa insecure. Merasa kurang baik, berparas jelek, tidak pantas untuk ini itu dan sikap negatif lainnya. Sikap-sikap tersebut akan mampu menimbulkan sikap insecurity pada diri seseorang.

 Setelah Mbak Ana mengenalkan atau menyampaikan hal-hal apa saja yang bisa memicu munculnya sikap insecurity pada diri, Beliau kemudian memaparkan dari kelima hal tersebut dapat diringkas pada tiga hal, yaitu insecurity karena penolakan atau kegagalan, insecurity karena kecemasan sosail, dan insecurity karena sikap perfeksionisme.

 Beliau memaparkan bahwa kontribusi terbesar rasa insecurity adalah pada tiga aspek tersebut. Akibat mengalami kegagalan atau penolakan, hal tersebut mampu mempengaruhi percayaan diri seseorang. Sedangkan pada hal ini sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya penghargaan diri yang dimiliki. Ketika penghargaan terhadap diri seseorang rendah maka reaksi terhadap kegagalan atau penolakan dapat membahayakan jiwa seseorang. Namun sebaliknya jika penghargaan terhdap diri sangat tinggi maka bagaimanapun bentuk penolakan dan kegagalan yang dialaminya, ia mampu mengatasi tanpa sikap insecurity yang berlebihan.


Apabila di antara kita yang mengalami insecurity sebab mengalami kegagalan atau penolakan. Beliau menawarkan beberapa tips atau cara untuk mengatasi hal tersebut. Berikut adalah tampilan dari slide power point yang bisa kutangkap dengan sistem screenshoot.


Hal kedua penyumbang terbesar sikap insecurity adalah kecemasan sosial. Jika di antara kita mengalami empat poin di bawah ini berarti kita harus waspada, sebab inssecurity tengah menjangkit diri kita.


Apabila, benar di antara kita ada yang merasakannya. Maka kita perlu melakukan tips-tips yang Mbak Ana tawarkan, yaitu sebagai berikut:


 Kemudian, selain kedua hal yang sudah terpaparkan di atas. Masih terdapat satu hal lagi yang menjadi pemicu terbesar ketiga insecurity, yaitu sebab perfeksionisme. Sebuah sikap yang melakukan suatu hal apapun itu harus sempurna. Padahal kita semua ketahui bahwa tiada manusia yang sempurna. Sebab kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Apabila di antara Aku dan Sahabat semua merasakan gejala-gejala seperti berikut, maka kita perlu melakukan treatment yang baik untuk mengatasinya.


 Benar saja, Allah menciptakan semua hal selalu berdampingan dan berpasang-pasangan. Seperti siang bersama malam, laki-laki bersama perempuan, senang bersama kesedihan, dan sakit bersama obat, serta kesulitan bersama kemudahan.

Hanya saja untuk menemukan itu semua, butuh perjuangan, belajar, pencarian hingga menemukan.


Seperti pada kesempatan kali ini, terkadang kita sudah menemukan jawaban dari apa yang kita cari selama ini namun maukah kita menjemputnya dan merengkuhnya. Jika kita lepaskan begitu saja kesempatan itu, ya sudah pergilah ia kepada yang benar-benar membutuhkan.

Kesempatan penyampaian materi sudah usai, digantikan sesi tanya jawab. Seperti pepatah bahwa “Kesempatan tidak datang dua kali. Sekalipun datang itupun sudah suatu hal yang lain dan berbeda.” Aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini begitu saja, sudah ada pertanyaan yang sedari tadi mengusik pikiran. Namun di papan chat, sudah ada salah satu teman alumni yang mengutarakan pertanyaan. Kemudian Aku simpan pertanyaanku dan menyimak pertamaan dari teman partisipan tersebut.

Aku kurang hafal denga pasti pertanyaan yang diajukannya, namun aku dapat menyimak maksud dari pertanyaanya. Sebut namanya Mbak Fauzul, ia menanyakan  bagaimana caranya jika kita sulit untuk menemukan atau percaya  kepada teman untuk berbagi dan memberikan umpan balik ketika kita mengalami suatu kegagalan atau penolakan?

Mbak Ana dengan sangat senang dan antusias menjawab pertanyaan dari Mbak Fauzul, hanya beberapa point yang berhasil saya tangkap, sebab terkendala sinyal. Beliau memaparkan bahwa cari teman yang kamu nyaman kepadanya, dan dia sangat care menerima kamu. Jika kita sudah bercerita kepada salah seorang teman, namun darinya tidak ada tanggapan atau umpan balik berarti itu bukan salah diri kita tetapi barangkali memang dia tidak mau menerima dan tidak bersedia menjadi tempat berbagi. Berarti ya sudah jangan berkecil hati, cari teman lainnya. Ketika hal tersebut kita balik , ada teman kita yang ingin berbagi kepada kita pasti kita tidak mungkin mengenyahkannya. Pasti ada saja teman yang mau diajak berbagi.

Kemudian aku memberanikan diri untuk menyapa dan mengutarakan bahwa Aku ingin bertanya di kolom chat. Akhirnya aku on kan speaker dan video untuk menyapa Mbak Ana dan bertanya. Sangat senang ketika menyadari bahwa Beliau familier dengan wajah dan namaku. Seperti temu kangen. Kemudian Aku mengutakan pertanyaanku. “Bagaimana jika pada diri kita terindikasi sikap-sikap perfeksionisme yang mana sesuai pemaran materi Mbak Ana mampu menimbulkan sikap insecurity, sedang sikap tersebut sudah lama menjangkit diri dan baru kini tersadarkan bahwa sikap tersebut tidak baik. Terimakasih.”


Beliau, memaparkan bahwa fokus terhadap proses dan tidak pada hasil. Memberikan penghargaan terhadap diri, bahwa telah banyak hal baik dan hebat yang sudah dikerjakan diri. hal tersebut perlu diberikan apresiasi. Cintai diri yakni dengan unconditional life (penerimaan tanpa syarat), salah satunya dengan memberikan apresiasi pada diri untuk melakukan hal disukai. Kemudian fokus pada hal-hal baik yang kita miliki dan perbaikan-perbaikan pada diri kita.

Kemudian beberapa pertanyaan selanjutnya, yang berhasil Aku tangkap pointnya adalah bermedsos yang baik. Media sosial boleh saja kita jadikan wadah sebagai berberbagi informasi atau berbagi hal baik dan bagia yang kita miliki sebagai bentuk penghargaan diri. Namun harus diperhatikan pada ‘baik buruknya’. Apabila baik lakukanlah!. Namun apabila tidak baik, tidak patut maka jangan lakukan.

“Apabila kita tidak lekas menemukan kelebihan-kelebihan pada diri kita, malah menemukan banyak kekurangan pada diri kita. Bagaimana Mbak Ana?”.

Satu hal yang pasti, bahwa manusia diciptakan tidak hanya memeliki kelebihan saja, atau kekurangan saja, pasti keduanya berdampingan. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Semua orang punya problem dalam hidupnya, punya kelebihan yang berhak diunggulkannya. Apabila diri kita tidak menemukan kelebihan yang dimiliki, bisa jadi diri kita telah diliputi oleh pikiran negatif, dikap negatif, bahkan lingkungan negatif sehingga hal-hal baik, positif dan kelebihan-kelebihan diri tertimbun dan tertekan sulit muncul. Satu cara untuk menyingkapnya adalah ciptakan sikap positif, pikiran positif dan lingkungan positif. Sebab positif dan negatif tidak bisa bersamaan.  Contohnya senyum adalah sikap positif, dia tidak dapat berdampingan dengan hal negatif misalnya suatu yang pahit dan menyakitkan.

Namun, senyum adalah salah satu cara yang bisa menyembuhkan luka. Sebab senyum adalah wujud dari penerimaan diri.

Di akhir acara, Beliau memberikan closing statement yang sangat melegakan hati,

Insecurity itu normal selagi kita bisa mengetahui batasan-batasanya. Selagi kita memiliki penerimaan yang baik pada diri sendiri. Lagi pula siapa yang akan menghargai diri kita kalau bukan diri kita sendiri?. Penghargaan terhadap diri bukan berarti bersikap sombong tetapi lebih pada wujud syukur dan penerimaan pada pemberian Tuhan atas apa yang sudah kita capai. Sebuah wujud ‘Takhadust Bi Nikmah’. Selama kita masih bisa bangun tidur di pagi di setiap harinya, berarti Tuhan masih memberi kesempatan untuk diri kita memperbaiki diri dan berbuat baik. Hal itu perlu kita syukuri.”


Terimakasih Mbak Ana, terimakasih GAMAWEHA untuk webinar vol.1 nya yang berlangsung keren. ditunggu webinar-webinar volume selanjutnya. :)
Semoga GAMAWEHA selalu sukses untuk kedepannya. Amin.
Semoga ada hal baik dari tulisan ini, apabila ada tutur kata yang salah mohon dimaafkan ya Sahabat. See you in the next post on my write...

Komentar

Tulisan Lainnya

Proses Penciptaan Manusia (Q.S. Al-Mu’minun: 12-14)

إلى حبّ المحبوب

Untukmu Penggenap Ganjilku

Belajar Nahwu Efektif dan Efisien dengan Talfiful Akwan

Manfaat belajar filsafat