MA’ANIL QUR’AN: BAB UMMUL KITAB

NGAJI KITAB MA’ANIL QUR’AN KARYA ABI ZAKARIA YAHYA BIN ZIYAD AL-FARRA’

Assalamu’alaikum sahabat Santri, yuk ngaji…

Bismillahirrahmanirrahim…

Bagaimana kabar sahabat Santri semua, masih semangat ngaji kan…harus donk :)

Pada kesempatan ini, yuk ngaji bareng ..ngaji kitab Ma’anil Qur’an. Yakni salah satu literature tentang penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an. Ma’ani secara bahasa berarti ‘makna’, dan Al-Qur’an berarti al-Qur’an.

InsyAllah kita akan belajar tentang bagian surat Al-Fatikhah atau Ummul Kitab (Induknya Qur’an). Mengapa Al-Fatikhah? Sahabat santri pasti tahu kan fadhilah maupun keutamaan surah Al-Fatikhah.

Yuk langsung saja kita buka kitabnya dan mulai belajar bersama di halaman 3.\


Allah SWT berfirman pada Q.S. Al-Fatikhah ayat ke-2 :

الحمْدُ لله ....(2)

Segala puji bagi Allah

Mayoritas AL-Qurro’ (para Qori’) sepakat membaca dengan rafa’ (di dlomah huruf dal). Adapun Ahli Al-Badw (orang suku Arab pedalaman/asli), sebagian dari mereka membaca “الحمْدَ لله  dan sebagian yang lain membaca “الحمْدِ لله”. Sebagian yang lain dari mereka, adapula yang membaca  “الحمْدُ لُله  yakni di rafa’ (dlomah) huruf dal dan lam.

Adapun seorang yang membaca dengan nashob, dia membaca lafadz الحمْدَ لله yakni bukan sebuah isim tetapi masdar. Maka boleh mengucapkannya dengan الحمْدَ لله, jika sebagai masdar (فعل / يفعل) boleh nashob. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT pada ayat ke 4 dari surah Muhammad :

فإذا لقيْتمُ الذين كفروا فَضَرْبَ الرِّقاب

Yakni tempatnya menyesuaikan pada Kalam (kalimat sempurna), pada lafadz فَضَرْبَ الرِّقاب  .

Kemudian, adapun seorang yang membaca dengan menghafdh/jer (kasroh) huruf dal الحمْدِ لله, menyatakan bahwa kalimat ini (lafadz hamdalah), banyak dari lisan (lidah) orang Arab. ( Menurut pemahaman pribadi-Barangkali maksudnya adalah lisan orang Arab banyak membaca lafdz tersebut dengan hafdh/jer.) Sehingga menjadi seperti isim yang satu (sejenis). Sehingga memberatkan jika ada yang satu (sejenis)berkumpul dalam satu kalimat, dimana yang isim sebelumnya didlomah setelahnya dibaca kasroh atau kasroh setelah dlomah, dan ditemukan dua kasroh keduanya berkumpul pada isim yang satu seperti lafadz إِبِل maka dikasroh huruf dal karena ada contoh isim/ayat yang seprti itu.

Dan adapun yang menrafakan huruf lam, sebagian mereka menghendaki banyak contoh dari banyaknya nama/isim (kata benda) orang Arab yang menggunakan atau mengumpulkan harokat dlomah pada namanya, seperti al-hulum, al-‘uqub

Sampai di sini dulu ya ngajinya sahabat Santri, semoga yang sedikit ini bermanfaat dan menjadi ilmu yang berkah dan manfaat....untuk pengarang kitab Ma'anil Qur'an, Abu Zakaria Yahya bin Ziyad Al-Farraq, al-fatikhah......

Komentar

Tulisan Lainnya

Proses Penciptaan Manusia (Q.S. Al-Mu’minun: 12-14)

إلى حبّ المحبوب

Untukmu Penggenap Ganjilku

Belajar Nahwu Efektif dan Efisien dengan Talfiful Akwan

Manfaat belajar filsafat